Kutipan dari :
MOTOR PLUS No 467/Vlll 9 - 16 Feb 2008 halaman 13 http://www.motorplus-online.com/articles.asp?id=12003
Bahan bakar Nusantara
Krisis energi mendorong banyak orang berkreasi dan melakukan penelitian. Termasuk penelitian tentang Bahan Bakar Minyak (BBM) yang semakin langka dan makin mahal harganya. Inilah yang mendorong BSW Adjikoesoemo dari komunitas Indonesia Bangkit melakukan riset biota laut yang dapat menghasilkan minyak.
“Saya riset bertahun-tahun. Saya sadar bahwa negeri ini 50% dikelilingi laut yang sangat kaya biota laut atau semacam plangton, bisa diolah menjadi minyak mentah. Dan hasilnya berupa BBM setara Pertamax. Karena kadar oktannya sudah mendekati 94. Dan harga jualnya cukup menggiurkan karena hanya Rp 1.500 per liter,” buka BSW Adjikoesoemoe.
Akhirnya, “Temuan ini diberi nama Bahan Bakar Nusantara (BBN),” jelas BSW Adjikoesoemoe saat dijumpai di Perum Griya Mahkota, Blok J, No. 16, Yogyakarta. Menurutnya, untuk memproduksi BBN ini, tidak diperlukan biaya mahal. Karena biaya produksi per liter hanya perlu biaya antara Rp 340-500.
“Jadi, memang sangat murah sekali. Dan dipastikan rakyat Indonesia tidak mengeluh boros mengeluarkan uang untuk membeli BBM yang saat ini teramat mahal,” kata pria biasa disapa Bung AK ini.
Biota laut masih dalam bentuk aslinya diproses atau diolah dan menghasilkan beberapa bagian. Di antaranya 60% air, 10% residu atau ampas dan 30% minyak mentah. Dari hasil yang 30% minyak mentah diproses lagi dengan cara penyulingan dan menghasilkan bensin, solar dan minyak tanah. Ampas juga bisa untuk pakan ternak, pupuk dan apabila dicampur tanah akan jadi seperti aspal.
Dan untuk perkembangbiakan biota laut, bisa dilakukan di darat dengan kelembapan tertentu. Pemanenan biota laut, bisa dilakukan setiap 10 hari sekali. Setiap satu hektar lahan dapat menghasilkan 140 ribu liter.
“Nantinya temuan ini akan saya serahkan ke pemerintah, biar mereka yang mengelola. Disamping itu, agar rakyat di negeri ini menjadi makmur,” tutup Adjikoesoemo yang masih kerabat Sri Sultan ini.
KOMENTAR DARI AKADEMIS
Dr. Supranto yang Ketua Pasca Sarjana Teknik Kimia Universitas Gagah Mada (UGM) Yogyakarta membenarkan adanya temuan biota laut yang dapat diolah jadi minyak. Biota laut yang dikembangkan berupa tumbuhan atau sejenis rumput laut. Atau tanaman rendah yang bayak mengandung asiri dan hidro karbon.
“Biota laut jenis ini tidak terlihat mana batang, daun ataupun bunga, karena bentuknya sama semua. Dan jenis ini memang bisa dikembangkan di darat dengan kadar kelembapan udara tertentu,” jelas bapak murah senyum ini.
Dikatakan lebih lanjut, untuk pengolahan bisa ditempuh dengan dua cara. Yaitu, dengan ekstilasi, dimana biota laut diolah dengan cara dilarutkan dalam solven atau pelarut. Pelarut bisa berupa etanol, alkohol atau benzena.
Cara kedua lewat langkah destilasi. “Atau orang biasa menyebutnya cara penyulingan. Relatif lebih murah dari langkah yang pertama. Karena dengan sistem pemanasan, akan dipisahkan menjadi bahan bakar padat, cair dan gas,” terangnya lagi..
Bahan bakar gas yang dimaksut LPG biasa dipakai untuk keperluan masak. Sedang yang cair bisa berupa minyak tanah, solar dan bensin. Dan dari hasil penyulingan itu, akan dihasilkan pirolosis atau termal craking. Itupun masih harus dipisahkan lagi antara bensin, solar, dan minyak tanah. Dan bensin yang dihasilkan mengandung oktan antara 86-94 atau hampir setara Pertamax.
Juga akan terasa agak wangi karena kandungan alkoholnya tinggi. “Dan tidak menutup kemungkinan bahwa temuan Adji ini merupakan loncatan yang luar biasa dan harus digandeng oleh pemerintah selaku pihak yang sangat berkompeten,” tutupnya penuh harap.
HASIL UJI COBA MOTOR PLUS
1. Warna bensin kuning seperti Premium pada umumnya
2. Saat dicium, bau bensin memang rada lebih wangi. Kata Dr. Supranto karena masih mengandung alkohol. 3. Diuji di Yamaha Mio, bahan bakar yang sebelumnya ada di tangki dan karburator tentu dikuras.
4. Kemudian dituangkan bensin dari biota laut ini sebanyak setengah liter untuk dicoba.
5. Motor distandar tengah, mesin dinyalakan beberapa saat. Memainkan putaran mesin dan digas sampai mentok. 6. Motor dijalankan mulai dari Jl. Kaliurang, Km 6,5 menuju Kaliurang yang kontur jalannya semakin naik. Mulai dari jalan pelan dan stabil antara 30-40 km/jam.
7. Dicoba kecepatan tinggi setelah memasuki wilayah Pakem Km 15, jalan mulai naik dan turun. Pada kecepatan tinggi mesin juga tidak menimbulkan gejala mbrebet. Dan begitu sampai Kaliurang, bensin habis dan tidak mengalami hambatan.